Hai hai.. postingan kali ini, saya akan membawa kalian untuk mendalami sebuah kisah hidup seorang nelayan yang jatuh bangun menghadapi badai kehidupan *jatuh bangun aku mengejarmu (dancing) engga - engga ini serius loh .. beberapa hari yang lalu saya nonton Film "Anak Hilang" yang merupakan karya
dari Slamet Rahardjo Djarot yang dibuat pada tahun 1992. Film ini seru banget karena ini memberikan kita banyak gambaran, banyak pengalaman, banyak pelajaran hidup juga. Yang intinya sayang banget kalau kamu - kamu gak nonton. langsung ditonton filmnya yaaaa .... eh sekaligus saya kasih sinopsinya loohhh.. baik kan ? wkwk
Dengan latar
belakang sebuah pemukiman kumuh penuh
sampah yang dekat dengan muara pantai,
Film "Anak Hilang" yang merupakan karya
dari Slamet Rahardjo Djarot yang dibuat pada tahun 1992 ini mengisahkan tentang kehidupan seorang lelaki yang bernama Baco Palinrungi yang merantau ke
Jakarta saat usianya masih 15 tahun. Di Jakarta Baco bertemu dengan Sumini,
gadis asal purwokerto. Sumini mengaku mencintai Baco yang saat itu hanya
bekerja sebagai kuli. Mereka akhirnya menikah dan sekarang telah dikaruniai 3
orang anak (ijah, Imah, Basri). Dari ketiga anaknya, hanya Basri yang mengenyam
pendidikan dasar.
Basri
menginginkan untuk menjadi seorang pesulap dengan harapan ia dapan menyulap
hidupnya menjadi lebih baik. Basri menolak untuk bersekolah karena Basri fikir apa yang diajarkan
disekolah tidak sesuai dengan realita kehidupannya. Disekolah ia diajarkan
untuk hidup bersih dan rapi, namun faktanya lingkungan tempat tinggal nya jauh
dari kata bersih.
Suatu pagi,
dengan mengenakan seragam sekolah, Basri pun pamit untuk pergi dengan mimpinya
sebagai pesulap. Dengan menaiki perahu ia pun akhirnya sampai di sebuah tempat
pertunjukan sulap. Para penonton rela merogoh kocek untuk melihat atraksi yang
disuguhkan para pesulap jalanan. Itulah yang membuat Basri ingin menjadi
pesulap demi mengais rupiah.
Saat itu Sumini
yang tak lain adalah ibu dari Basri, bekerja di sebuah kantor percetakan Koran sebagai
pesuruh. Saat itu ia diminta untuk pulang bareng bersama teman kerjanya. Temannya
bertanya mengenai uang ganti rugi untuk penggusuran rumah di pemukiman yang Sumini
tempati. Namun sumini berkata bahwa suaminya belum mau menerima uang ganti rugi
tersebut.
Naasnya saat
perjalan pulang, Sumini tertabrak sebuah mobil, tangannya terlindas ban mobil,
dengan bercucuran darah akhirnya sumini tewas. Baco yang mendengar berita tragi
situ pun langsung menangis histeris tak terima. Baco dan keluarganya tampak
sangat terpukul atas kejadian ini.
Basri yang
saat itu baru pulang pun tampak tak percaya ketika melihat tubuh ibunya yang
terbaring lemas dan ditutupi kain. Basri pun menangis seolah merasakan apa yang
sebenernya terjadi. Adik Basri langsung menghampiri Basri. Sambil menangis ia
menyampaikan bahwa ibunya telah tiada.
Sejak saat
itu Basri jadi jarang pulang kerumah, ia lebih sering pergi untuk melihat
pertunjukan sulap untuk menghilangkan kesedihannya sepeninggal ibunya. Baco jadi
semakin pusing mencari anaknya yang jarang pulang. Ditambah lagi Basri pergi
dengan membawa ayam jago milik Baco.
Setelah
beberapa hari basri tidak pulang kerumah, dengan kekhawatirannya ayah Basri
melaporkan perihal kehilangan anaknya kepolisi dan akhirnya berita hilangnya Basri
tersebar dimedia social seperti Koran. Dari adanya berita tersebut , salah satu
guru ditempat Basri sekolah pun akhirnya mengetahuinya, lalu dan dibertahukan
pada teman-teman sekelas Basri.
Kehidupan
Basri saat itu semakin tidak beraturan, semakin kacau, basri mencari pekerjaan
dengan menawarkan diri sebagi pesulap namun pada dasarnya tidak memiliki
keahlian dalam bidang sulap. Di pemukiman tempat Baco tinggal, satu demi satu penduduk
mau meninggalkan rumah mereka, namun Baco tetap tidak menginginkan untuk
pindah, karena belum tentu dengan tempat
tinggal barunya kelak, dimana Baco yang tidak dapat lepas dari derah laut,
dengan banyak pertimbangan untuk saat itu Baco tetap memilih untuk tidak ingin
meninggalkan tempat tinggalnya itu, karena disisi lain Baco masih menunggu
kepulangan dari anaknya tersebut (basri).
Pada
suatu malam Baco dipukuli oleh sekelompok orang suruhan bosnya karena
sebelumnya telah terjadi pertengkaran antara Baco dengan bosnya, Baco dipukuli
habis-habisan sampai berlumuran darah dan memar diseluruh tubuhnya, untungnya ada
sekelompok orang yang memang mengenali Baco dan menolong Baco untuk dibawa
kerumah, sesampainya dirumah Baco sudah tidak sadarkan diri.
Pesulap jalanan
yang selama ini menampung Basri menyuruh Basri untuk kembali kerumahnya untuk
bertemu keluarganya, Basripun akhirnya diantarkan untuk pulang kerumah, namun
sesampainya dirumah, Basri kaget dengan penuh rasa bersalah, ia meminta maaf
kepada ayahnya, walaupun kondisi ayahnya pada saat itu sedang kesakitan,
basripun akhirnya dimaafkan oleh ayahnya. Kebetulan orang yang mengantar Basri
kerumah adalah seorang pesulap, dimana ia ketika ia melihat keadaan dari
ayahnya basri yang terluka parah itu dibantulah melalui pengobatan menggunakan
air dan dibacakan mantra - mantra untuk
kesembuhan ayahnya basri.
Akhirnya
keluarga itupun mau untuk menerima uang ganti rugi dan bersedia untuk pindah
dari pemukiman itu setelah Baco sembuh.
selesaaaiiiiiii guys..
nah, udah nonton kan film nyaa ? seru dan penuh makna kan ? kalau disuruh buat ngomentarin film ini kalian mau komentar apa guys ?
kalau menurut saya sih di film ini lebih terlihat tentang aspek pedesaan dan perkotaan nya ya. gimana kalau kita bahas lagi tentang aspeknya ? setuju ?
disimak yooo..
Masyarakat
adalah sekelompok manusia yang hidup bersama, saling berhubungan dan
mempengaruhi, saling terikat satu sama lain sehingga melahirkan kebudayaan yang
sama. Kehidupaan
masyarakat desa berbeda dengan masyarakat kota. Perbedaan yang paling mendasar
adalah keadaan lingkungan, yang mengakibatkan dampak terhadap personalitas dan
segi-segi kehidupan. Kesan masyarakat kota terhadap masyarakat desa adalah
bodoh, lambat dalam berpikir dan bertindak, serta mudah tertipu dsb. Kesan
seperti ini karena masyarakat kota hanya menilai sepintas saja, tidak tahu, dan
kurang banyak pengalaman.
Untuk
memahami masyarakata pedesaan dan perkotaan tidak mendefinisikan secara
universal dan obyektif. Tetapi harus berpatokan pada ciri-ciri masyarakat.
Ciri-ciri itu ialah adanya sejumlah orang, tingal dalam suatu daerah tertentu,
ikatan atas dasar unsur-unsur sebelumnya, rasa solidaritas, sadar akan adanya
interdepensi, adanya norma-norma dan kebudayaan.
Masyarakat pedesaan ditentukan oleh
bentuk fisik dan sosialnya, seperti ada kolektifitas, petani iduvidu, tuan
tanah, buruh tani, nelayan dsb. Masyarakat pedesaan maupun masyarakat perkotaan
masing-masing dapat diperlakukan sebagai sistem jaringan hubungan yang kekal
dan penting, serta dapat pula dibedakan masyarakat yang bersangkutan dengan
masyarakat lain. Jadi perbedaan atau ciri-ciri kedua masyarakat tersebut dapat
ditelusuri dalam hal lingkungan umumnya dan orientasi terhadap alam, pekerjaan,
ukuran komunitas, kepadatan penduduk, homogenitas-heterogenotas, perbedaan
sosisal, mobilitas sosial, interaksi sosial, pengendalian sosial, pola
kepemimpinan, ukuran kehidupan, solidaritas sosial, dan nilai atau sistem
lainnya.
Jika kita mencoba mengaitkan film
ini dengan aspek masyarakat perkotaan dan pedesaan maka dapat kita lihat sosok
ayah basri yang dahulu berasal dari pedesaan atau suku bugis kemudian merantau
ke Jakarta untuk mengadu nasib. Dari sini kita bisa melihat bawa kota Jakarta merupakan
lingkungan perkotaan dimana orang menganggap bahwa Jakarta adalah tempat yang
tepat untuk mengadu nasib karena pada dasarnya masyarakat perkotaan diidentikan
oleh penduduk yang makmur dan sejahtera sehingga inilah yang dijadikan tolak
ukur bagi masyarakat desa untuk berpindah kejakarta.
Padahal kenyataannya, kehidupan
Baco setelah tinggal di perkotaan tidak begitu baik, mengingat tempat
tinggalnya di sekitar muara pantai yang kumuh, sarang penyakit, dan lingkungan
yang kurang terkondisikan oleh pemerintah. Pandangan inilah yang seharusnya
diketahui oleh masyarakat di pedesaaan, bahwa wilayah perkotaan bukanlah tempat
yang hanya menyajikan segudang fasilitas dan sarana yang memadai melainkan ada
sudut lain dimana perkotaan pun menjadi dampak dari pola hidup instan dan
kemajuan jaman, sehingga munculnya sebuah tempat yang kumuh.
Keterbatasan lahanpun menjadikan masyarakat
perkotaan memanfaatkan tempat yang seharusnya tidak dijadikan pemukiman malah
sebaliknya.
Aspek masyarakat
pedesaan yang biasanya dikaitkan dengan perilaku religiouspun terlihat dalam
film ini. Sikap religious tercermin dari keluarga Baco yang masih berpedoman
pada kepercayaannya. Ini justru bertolak belakang dengan aspek masyarakat
perkotaan, karena banyak orang beranggapan bahwa masyarakat perkotaan biasanya
kurang akan religious nya dikarenakan waktunya termakan oleh kesibukan.
Dalam film
ini terlihat bawha keluarga Baco masih mengesampikan perihal pendidikan,
padahal biasanya masyarakat perkotaan diidentikan dengan gelar dan pendidikan. Berbeda
dengan masyarakan pedesaan yang biasanya lebih mengandalkan skill dari pada
ilmu pengetahuan.
Ketidakdisiplinan
dan kesemerawutan perkotaan terlihat dalam film ini ketika terjadinya peristiwa
tabrak lari yang dialami Sumini. Sikap tidak adanya tanggung jawab pun
tercermin. Mengingat seharusnya kita sebagai masyarakat Indonesia yang beradat
dan berbudaya harus mengamalkan sikap berjiwa besar dan tanggung jawab.