Mungkin segelintir orang sering
mendengar maupun melihat berbagai macam kasus kekerasan. Kekerasan yang paling
familiar di telinga masyarakat yaitu “kekerasan dalam rumah tangga”. Namun sebenarnya perlu kita ketahui bahwa
kekerasan pun bisa terjadi saat masa pacaran, terlebih ini sering terjadi di
kalangan anak remaja, dimana pola berfikir remaja kebanyakan belum dapat
menentukan langkah apa yang seharusnya dilakukan.
Padahal masa pacaran seharusnya
menjadi masa dimana kedua orang yang saling mencintai kemudian menjalin suatu
hubungan demi mencapai kebahagiaan. Namun ada hubungan berpacaran yang tidak
berjalan dengan mulus sehingga kalimat bernada merendahkan atau mengancam pun terlontar.
Mungkin tidak hanya melalui ucapan, namun pacar juga melakukan tindakan kasar
saat kita tidak melakukan sesuatu sesuai keinginannya. Lebih jauh lagi, jika
pacar memaksa kita melakukan hubungan seksual yang tidak kita inginkan. Jika
hubungan pacaran seperti ini tentu saja tidak membuat kita merasa bahagia,
melainkan justru membuat kita merasa ketakutan dan tidak berdaya.
Sebelum kita membahas lebih
lanjut mengenai kekerasan dalam pacaran, kita perlu tau apa itu pengertian, penyebab,
jenis – jenis, tanda – tanda, dan dampak dari kekerasan, dan juga
penanganannya.
Apa itu
kekerasan ?
Menurut Wikipedia bahasa
Indonesia, kekerasan berasal dari bahasa Latin : violentus yang berasal dari kata vī atau vīs berarti
kekuasaan atau berkuasa adalah
dalam prinsip dasar dalam hukum publik dan privat Romawi yang merupakan sebuah ekspresi baik yang dilakukan secara fisik ataupun
secara verbal yang mencerminkan pada tindakan agresi dan penyerangan pada kebebasan atau martabat
seseorang yang dapat dilakukan oleh perorangan atau sekelompok orang umumnya
berkaitan dengan kewenangannya
yakni bila diterjemahkan secara bebas dapat diartinya bahwa semua kewenangan
tanpa mengindahkan keabsahan penggunaan atau tindakan kesewenang-wenangan itu
dapat pula dimasukan dalam rumusan kekerasan ini.
penyebab
Kekerasan dalam Pacaran itu apa sih ?
·
- Pola asuh dan lingkungan keluarga yang kurang menyenangkan.
Keluarga
merupakan lingkungan sosial yang amat berpengaruh dalam membentuk kepribadian
seseorang. Misalkan saja sikap kejam orang tua, berbagai macam penolakan dari
orang tua terhadap keberadaan anak, dan sikap disiplin yang diajarkan secara
berlebihan. Hal-hal semacam itu akan berpengaruh pada peran (role model) yang
dianut anak itu pada masa dewasanya. Bisa model peran yang dipelajari sejak
kanak-kanak tidak sesuai dengan model yang normal atau model standard, maka
perilaku semacam kekerasan dalam pacaran ini pun akan muncul.
- Peer Group
Teman
sebaya memiliki pengaruh yang besar dalam memberikan kontribusi semakin
tingginya angka kekerasan antar pasangan. Berteman dengan teman yang sering
terlibat kekerasan dapat meningkatkan resiko terlibat kekerasan dengan
pasangannya.
- Media Massa
Media
Massa, TV atau film juga sedikitnya memberikan kontribusi terhadap munculnya
perilaku agresif terhadap pasangan. Tayangan kekerasan yang sering muncul dalam
program siaran televise maupun adegan sensual dalam film tertentu dapat memicu
tindakan kekerasan terhadap pasangan.
- Kepribadian
Teori
sifat mengatakan bahwa orang dengan tipe kepribadian A lebih cepat menjadi
agresif daripada tipe kepribadian B (Glass, 1977). Dan hal ini berlaku pula
pada harga diri yang dimiliki oleh seseorang. Semakin tinggi harga diri yang
dimiliki oleh seseorang maka ia memiliki peluang yang lebih besar untuk
bertindak agresif.
- Peran Jenis Kelamin
Pada
banyak kasus, korban kekerasan dalam pacaran adalah perempuan. Hal ini terkait
dengan aspek sosio budaya yang menanamkan peran jenis kelamin yang membedakan
laki-laki dan perempuan. Laki-laki dituntut untuk memiliki citra maskulin dan
macho, sedangkan perempauan feminine dan lemah gemulai. Laki-laki juga
dipandang wajar jika agresif, sedangkan perempuan diharapkan untuk mengekang
agresifitasnya.
Dilain
pihak, hal yang sering muncul dalam kasus-kasus kekerasan dalam pacaran adalah
bahwa korban wanita biasanya cenderung lemah, kurang percaya diri, dan amat
mencintai pasangannya. Apalagi karena sang pacar, setelah melakukan kekerasan
(menampar, memukul, menonjok, dan lain-lain) biasanya terus menunjukkan sikap
menyesal, minta maaf, dan berjanji tidak akan melakukannya lagi, serta bersikap
manis pada pasangannya. Pada saat inilah, karena wanita tersebut sangat
mencintainya dan berharap sang pacar akan berubah dan benar-benar insyaf, maka
serta merta dia akan memaafkannya dan hubungan diharapkan bisa berjalan lancar
kembali. Padahal, kekerasan dalam pacaran ini seperti sesuatu berpola, ada
siklusnya. Seseorang yang pada dasarnya memiliki kebiasaan bersikap kasar pada
pasangannya, akan cenderung mengulangi hal yang sama karena ini sudah menjadi
bagian dari kepribadiannya, dan merupakan cara baginya untuk menghadapi konflik
atau masalah.
Jenis –
jenis kekerasan
Pada
umumnya jenis kekerasan yang sering terjadi dalam hubungan pacaran dapat dibagi
menjadi kekerasan psikis/verbal, fisik, serta seksual. Semua jenis kekerasan
ini memiliki satu hal yang sama, yaitu memperlihatkan adanya KEKUATAN dan
KONTROL pada pihak/pasangan yang menjadi pelaku kekerasan.
- Kekerasan psikis/verbal
- Kekerasan fisik
Kekerasan ini bertujuan untuk menyakiti pasangan dan
mengakibatkan luka yang mudah terlihat. Biasanya kekerasan ini sudah terlebih
dulu diawali dengan sejarah kekerasan psikis. Perilakunya diantaranya seperti
mendorong, memukul, menjambak, menganiaya tubuh, mencekik, atau memaksa
pasangan pergi ke tempat yang membahayakan dirinya.
- Kekerasan seksual
Kekerasan ini terlihat dari rabaan atau sentuhan pada tubuh
yang tidak dikehendaki, ciuman yang tidak kehendaki, pelecehan seksual, pemaksaan
fisik untuk melakukan hubungan seksual, atau mengancam akan meninggalkan
pasangan dan memanipulasi dengan paksa untuk melakukan hubungan seksual.
Waspadai kekerasan lewat tanda – tanda
ini … !
Apa dampak jika kekerasan terjadi pada
diri kita ?
Kekerasan dalam pacaran menimbulkan dampak fisik maupun psikis. Dampak fisik bisa berupa memar, patah tulang, dan sebagainya. Sedangkan luka psikis bisa berupa sakit hati, harga diri yang terluka , terhina, dan sebagainya. Seiring dengan berjalannya waktu, korban kekerasan dalam pacaran akan menganggap perlakuan yang diterima sebagai sesuatu hal yang wajar, padahal, hal tersebut bisa menghambat perkembangan remaja dalam mempelajari sebuah hubungan yang sehat. Dampak-dampak yang bisa ditimbulkan antara lain : Depresi, menyalahkan diri sendiri, ketakutan merasa dibayangi okeh terror, rasa malu, merasa sedih, bingung, mencoba bunuh diri, cemas, tidak mempercayai diri sendiri dan orang lain, merasa bersalah.
Penanganannya bagaimana ?
Penanganan dari KDP ini tentunya bergantung pada penyebabnya. Kita mesti menelusuri terlebih dahulu apa penyebabnya baru kemudian kita menentukan cara penanganannya. Proses penanganan KDP ini perlu melibatkan penyadaran kedua belah pihak, baik pelaku maupun korban, karena biasanya dalam kasus-kasus KDP diakibatkan ketergantungan pada masing-masing pihak.
Kepada korban, kita perlu meyakinkan dia untuk berkata tidak
untuk tindak kekerasan yang dilakukan oleh pasangannya, membantunya melihat
pilihan dan alternative yang mungkin dan menumbuhkan kepercayaan dirinya. Untuk
korban yang mengalami trauma tentu dibutuhkan penanganan khusus oleh psikiater
atau psikolog atau melalui pendamping korban untuk tahap awal.
Bagi pelaku kekerasan, kita telusuri apa penyebab dari
perilakunya tersebut,apakah ada peristiwa buruk atau perilaku traumatic
sehingga dia menggunakan cara penyelesaian konflik dengan cara kekerasan atau
pada penyebab lainnya. Pelaku perlu mendapatkan konseling ataupun psikoterapi
dari psikolog atau psikiater, juga perlu disadarkan bahaya dari perilakunya,
baik bagi dirinya sendiri ataupun bagi pasangannya. Alternatif pengendalian
emosi juga bisa dianjurkan, misalnya dengan pelatihan yoga, latihan pernafasan,
dan sebagainya.
Jika anda atau teman anda mengalami hal-hal seperti tersebut
diatas JANGAN DIAM segara melapor atau laporkan kejadian tersebut kepada pihak
yang berwajib.
Nah, diatas kita telah mengulas lengkap mengenai kekerasan,
sekarang saya mau berbagi tips bagaimana cara kita agar terhindar dari
kekerasan dalam pacaran.
Mau tau
tipsnyaa ?
- Jadilah remaja yang asertif, yakni remaja yang mampu mengkomunikasikan apa yang mereka rasakan tentang perilaku seseorang
- Tidak mengkonsumsi alkohol dan obat-obatan terlarang agar tetap dapat mengontrol perilakunya sendiri atau membantu teman yang membutuhkan.
- selalu tahu jalan untuk pulang ke manapun perginya serta memberitahu orangtua ke mana orangtua perlu mencari terutama jika dalam situasi bahaya.
- percaya pada naluri. Jika merasa keadaan sekitar membahayakan keselamatan, maka percayailah.
- Belajar untuk mengatakan ‘tidak’ yang berarti ‘tidak’.
- Membatasi perilaku seksual seperti apa yang akan dilakukan dan disiplin mematuhi batasan tersebut.
- Kenali hasrat seksual dan batasilah. Komunikasikan dengan pacar secara terbuka.
- Hormati semua keputusan pacar. Tidak berarti tidak.
- Jangan mengasumsikan bahwa pacar menginginkan berhubungan seksual hanya karena perilakunya atau caranya berpakaian.
- Meski sebelumnya pacar mengijinkan untuk menyentuhnya, namun itu tidak berarti bahwa sekarangpun mereka mengijinkan itu.
- Jangan
mengkonsumsi alkohol dan obatan-obatan terlarang.
Berbagi kisah tentang kekerasan dalam pacaran
Beberapa
hari yang lalu saya sempat menonton film tentang kekerasan dalam pacaran yang
berjudul “cinta”. film ini mengisahkan tentang kisah cinta yang diangkat dari
korban kekerasan dalam pacaran.
Seorang
wanita bernama melati yang berstatus sebagai mahasiswa semester 5 yang juga
bekerja untuk mengisi waktu luangnya karena ia selalu merasa bosan berada
dirumah, ditambah lagi keluarganya yang sibuk dengan pekerjaannya masing –
masing. Itulah yang membuat melati tidak betah berada di dalam rumahnya
sendiri.
Melati
mengaku sangat senang ketika mempunyai pacar yang bernama Jaka, ia mengenal
jaka melalui sahabatnya (Rena) yang tak lain adalah adik dari Jaka.
Sekarang
hubungan mereka sudah berjalan 2 tahun lamanya. Awalnya melati berfikir Jaka
sangat menyayangi dirinya. Namun setelah sekian lama ternyata Jaka malah
membawa dampak negative terhadap Melati.
Jaka
sering mengajak melati bolos, sifat egois Jaka pun mulai terlihat, di tambah
lagi Jaka sering marah jika permintaannya tak dituruti oleh melati. Menurut
melati jaka seperti itu karena ia belajar dari orang tuanya yang sering
berkelahi.
Jaka
juga melakukan pemaksaan terhadap melati, ia memaksa melati untuk meninggalkan
pekerjaannya dengan alasan tidak ada waktu untuk jaka.
Parahnya
jika emosi jaka tidak terkontrol jaka juga melakukan kekerasan fisik, misalnya
menampar, memukul, bahkan menjambak melati. Namun setelah itu jaka meminta maaf
kepada melati dan mengaku tidak sadar telah meluapkan emosinya kepada melati.
Melati pun selalu memaafkan jaka karena ia berfikir suatu saat jaka akan
berubah.
Tidak
berhenti sampai disitu, jaka juga sering memanfaatkan melati (cowo matre),
makan dibayarin, semua dibeliin. Ia pun tidak suka kalau melati berhubungan
dengan orang lain termasuk sahabatnya sendiri. Melati selalu berharap jaka akan
berubah, namun kenyataannya jaka malah makin parah.
Pernah
suatu hari, Melati curhat pada sahabatnya (bimo) tetapi jaka menelepon sambil
marah – marah dan menyuruh melati untuk datang ke rumah Jaka, lalu tak disangka
– sangka, kejadian menyeramkan itu terulang lagi, Jaka kembali menyiksa melati
di kamar mandi. Melati hanya bisa menangis dan meminta maaf atas apa yang
dilakukan Jaka terhadapnya.
Sejak
saat itu, Melati mulai merasa tidak tahan dengan sikap Jaka. Melati pun datang
ke rumah bimo untuk menceritakan semua yang ia alami.
perlakuan keterlaluan Jaka yang membuat Melati terlepas dari genggamannya saat Jaka melakukan kekerasan di dalam mobil.
perlakuan keterlaluan Jaka yang membuat Melati terlepas dari genggamannya saat Jaka melakukan kekerasan di dalam mobil.
Melati
sempat takut merasa kesepian setelah putus dari Jaka, namun perasaan itu tidak
terjadi karena berkat saran dari temannya agar melati menyibukkan diri dan
lebih sering berkumpul dengan sahabat – sahabatnya. Hal ini lah yang
menyebabkan melati bisa lupa terhadap Jaka.
Kabar
jaka gimana yaa ? menurut teman – teman melati, setelah putus dari melati ,
jaka sempat berpacaran dengan seorang wanita. Wanita itu pun diperlakukan sama
seperti melati, namun pacar jaka yang baru merasa tidak terima dan akhirnya
melaporkan jaka kepada pihak berwajib. Dan Finally , jaka mendekam dibalik
jeruji besi untuk beberapa lama. ”Hukuman
yang pas ya buat jaka huahaha *ketawaiblis”
………………………………………………………………
Nah sekarang apa nih yang bisa kita simpulkan dari cerita
diatas guys ?
Sehingga
kejadian yang dialami melati jelas sangat mempengaruhi perkembangan nilai
budaya dikalangan masyarakat karena akan menciptakan ketidakselarasan hak
khususnya bagi kaum wanita. Dimana kasus ini mungkin saja akan terjadi pada
wanita- wanita lainnya akibat budaya tiru meniru yang dilakukan segelintir
orang.
Sesuai yang telah dijelaskan oleh Yustina
Rostiawati ( Peneliti senior PKPS Universitas Katolik Atmajaya Komisioner
komnas Perempuan ) kekerasan yang
terjadi dalam film ini dapat terjadi pada semua kalangan baik itu yang
berpendidikan tinggi ataupun rendah , semua tingkatan status social juga semua
agama.
Secara langsung maupun tidak langsung, nilai dan budaya akan
sangat berpengaruh pada perkembangan kesehatan masyarakat .misalnya saja
dalam film ini, kita dapat menilai bahwa kekerasan yang dialami melati itu bisa
berdampak pada mental dan fisik. sehingga bukan hanya merusak generasi bangsa, kejadian ini mungkin saja akan terus berkembang sehingga menimbulkan banyak korban dan pelaku. Ini jelas mempengaruhi bidang kesehatan dalam
masyarakat. Sehingga tidaklah mengherankan jika permasalahan kesehatan di
Indonesia begitu kompleksnya.
https://id.wikipedia.org/wiki/Kekerasan
New slots with no paytable slots - JT Hub
BalasHapusTry all these slots, with no paytable slot 여수 출장안마 machines for the 속초 출장안마 most part 양주 출장샵 I use the best slots and the best bonuses with no payout. The 제주도 출장샵 best 밀양 출장마사지