Rabu, 20 April 2016

It’s time to talk about dating violence “Kekerasan dalam pacaran”




Mungkin segelintir orang sering mendengar maupun melihat berbagai macam kasus kekerasan. Kekerasan yang paling familiar di telinga masyarakat yaitu “kekerasan dalam rumah tangga”.  Namun sebenarnya perlu kita ketahui bahwa kekerasan pun bisa terjadi saat masa pacaran, terlebih ini sering terjadi di kalangan anak remaja, dimana pola berfikir remaja kebanyakan belum dapat menentukan langkah apa yang seharusnya dilakukan.
Padahal masa pacaran seharusnya menjadi masa dimana kedua orang yang saling mencintai kemudian menjalin suatu hubungan demi mencapai kebahagiaan. Namun ada hubungan berpacaran yang tidak berjalan dengan mulus sehingga kalimat bernada merendahkan atau mengancam pun terlontar. Mungkin tidak hanya melalui ucapan, namun pacar juga melakukan tindakan kasar saat kita tidak melakukan sesuatu sesuai keinginannya. Lebih jauh lagi, jika pacar memaksa kita melakukan hubungan seksual yang tidak kita inginkan. Jika hubungan pacaran seperti ini tentu saja tidak membuat kita merasa bahagia, melainkan justru membuat kita merasa ketakutan dan tidak berdaya.
Sebelum kita membahas lebih lanjut mengenai kekerasan dalam pacaran, kita perlu tau apa itu pengertian, penyebab, jenis – jenis, tanda – tanda, dan dampak dari kekerasan, dan juga penanganannya.


Apa itu kekerasan ?


Menurut Wikipedia bahasa Indonesia, kekerasan berasal dari bahasa Latin : violentus yang berasal dari kata atau vīs berarti kekuasaan atau berkuasa adalah dalam prinsip dasar dalam hukum publik dan privat Romawi yang merupakan sebuah ekspresi baik yang dilakukan secara fisik ataupun secara verbal yang mencerminkan pada tindakan agresi dan penyerangan pada kebebasan atau martabat seseorang yang dapat dilakukan oleh perorangan atau sekelompok orang umumnya berkaitan dengan kewenangannya yakni bila diterjemahkan secara bebas dapat diartinya bahwa semua kewenangan tanpa mengindahkan keabsahan penggunaan atau tindakan kesewenang-wenangan itu dapat pula dimasukan dalam rumusan kekerasan ini.


penyebab Kekerasan dalam Pacaran itu apa sih ?
·      
  •  Pola asuh dan lingkungan keluarga yang kurang menyenangkan.
Keluarga merupakan lingkungan sosial yang amat berpengaruh dalam membentuk kepribadian seseorang. Misalkan saja sikap kejam orang tua, berbagai macam penolakan dari orang tua terhadap keberadaan anak, dan sikap disiplin yang diajarkan secara berlebihan. Hal-hal semacam itu akan berpengaruh pada peran (role model) yang dianut anak itu pada masa dewasanya. Bisa model peran yang dipelajari sejak kanak-kanak tidak sesuai dengan model yang normal atau model standard, maka perilaku semacam kekerasan dalam pacaran ini pun akan muncul.

  •  Peer Group
Teman sebaya memiliki pengaruh yang besar dalam memberikan kontribusi semakin tingginya angka kekerasan antar pasangan. Berteman dengan teman yang sering terlibat kekerasan dapat meningkatkan resiko terlibat kekerasan dengan pasangannya.

  •   Media Massa
Media Massa, TV atau film juga sedikitnya memberikan kontribusi terhadap munculnya perilaku agresif terhadap pasangan. Tayangan kekerasan yang sering muncul dalam program siaran televise maupun adegan sensual dalam film tertentu dapat memicu tindakan kekerasan terhadap pasangan.

  •    Kepribadian
Teori sifat mengatakan bahwa orang dengan tipe kepribadian A lebih cepat menjadi agresif daripada tipe kepribadian B (Glass, 1977). Dan hal ini berlaku pula pada harga diri yang dimiliki oleh seseorang. Semakin tinggi harga diri yang dimiliki oleh seseorang maka ia memiliki peluang yang lebih besar untuk bertindak agresif.

  •  Peran Jenis Kelamin
Pada banyak kasus, korban kekerasan dalam pacaran adalah perempuan. Hal ini terkait dengan aspek sosio budaya yang menanamkan peran jenis kelamin yang membedakan laki-laki dan perempuan. Laki-laki dituntut untuk memiliki citra maskulin dan macho, sedangkan perempauan feminine dan lemah gemulai. Laki-laki juga dipandang wajar jika agresif, sedangkan perempuan diharapkan untuk mengekang agresifitasnya.
Dilain pihak, hal yang sering muncul dalam kasus-kasus kekerasan dalam pacaran adalah bahwa korban wanita biasanya cenderung lemah, kurang percaya diri, dan amat mencintai pasangannya. Apalagi karena sang pacar, setelah melakukan kekerasan (menampar, memukul, menonjok, dan lain-lain) biasanya terus menunjukkan sikap menyesal, minta maaf, dan berjanji tidak akan melakukannya lagi, serta bersikap manis pada pasangannya. Pada saat inilah, karena wanita tersebut sangat mencintainya dan berharap sang pacar akan berubah dan benar-benar insyaf, maka serta merta dia akan memaafkannya dan hubungan diharapkan bisa berjalan lancar kembali. Padahal, kekerasan dalam pacaran ini seperti sesuatu berpola, ada siklusnya. Seseorang yang pada dasarnya memiliki kebiasaan bersikap kasar pada pasangannya, akan cenderung mengulangi hal yang sama karena ini sudah menjadi bagian dari kepribadiannya, dan merupakan cara baginya untuk menghadapi konflik atau masalah.


Jenis – jenis kekerasan

Pada umumnya jenis kekerasan yang sering terjadi dalam hubungan pacaran dapat dibagi menjadi kekerasan psikis/verbal, fisik, serta seksual. Semua jenis kekerasan ini memiliki satu hal yang sama, yaitu memperlihatkan adanya KEKUATAN dan KONTROL pada pihak/pasangan yang menjadi pelaku kekerasan.
  1. Kekerasan psikis/verbal

         Kekerasan ini betujuan menurunkan keberhargaan diri seseorang, menimbulkan ketakutan, perasaan tertekan dan tidak berdaya. Perilaku yang muncul cenderung menunjukkan kecemburuan, posesif, dan pengendalian seperti memanggil nama pasangan dengan sebutan negatif (bodoh, jelek), cemburu berlebihan, dihina, diancam, dilarang berhubungan dengan teman, menggunakan handphone untuk mengecek pasangan sesering mungkin.     Bentuk kekerasan ini sering terjadi namun jarang disadari sebagai kekerasan.

  1. Kekerasan fisik

          Kekerasan ini bertujuan untuk menyakiti pasangan dan mengakibatkan luka yang mudah terlihat. Biasanya kekerasan ini sudah terlebih dulu diawali dengan sejarah kekerasan psikis. Perilakunya diantaranya seperti mendorong, memukul, menjambak, menganiaya tubuh, mencekik, atau memaksa pasangan pergi ke tempat yang membahayakan dirinya.

  1. Kekerasan seksual

Kekerasan ini terlihat dari rabaan atau sentuhan pada tubuh yang tidak dikehendaki, ciuman yang tidak kehendaki, pelecehan seksual, pemaksaan fisik untuk melakukan hubungan seksual, atau mengancam akan meninggalkan pasangan dan memanipulasi dengan paksa untuk melakukan hubungan seksual. 





Waspadai kekerasan lewat tanda – tanda ini … !





Apa dampak jika kekerasan terjadi pada diri kita ?

       
Kekerasan dalam pacaran menimbulkan dampak fisik maupun psikis. Dampak fisik bisa berupa memar, patah tulang, dan sebagainya. Sedangkan luka psikis bisa berupa sakit hati, harga diri yang terluka , terhina, dan sebagainya. Seiring dengan berjalannya waktu, korban kekerasan dalam pacaran akan menganggap perlakuan yang diterima sebagai sesuatu hal yang wajar, padahal, hal tersebut bisa menghambat perkembangan remaja dalam mempelajari sebuah hubungan yang sehat. Dampak-dampak yang bisa ditimbulkan antara lain : Depresi, menyalahkan diri sendiri, ketakutan merasa dibayangi okeh terror, rasa malu, merasa sedih, bingung, mencoba bunuh diri, cemas, tidak mempercayai diri sendiri dan orang lain, merasa bersalah.

Penanganannya bagaimana ?

     Penanganan dari KDP ini tentunya bergantung pada penyebabnya. Kita mesti menelusuri terlebih dahulu apa penyebabnya baru kemudian kita menentukan cara penanganannya. Proses penanganan KDP ini perlu melibatkan penyadaran kedua belah pihak, baik pelaku maupun korban, karena biasanya dalam kasus-kasus KDP diakibatkan ketergantungan pada masing-masing pihak.
Kepada korban, kita perlu meyakinkan dia untuk berkata tidak untuk tindak kekerasan yang dilakukan oleh pasangannya, membantunya melihat pilihan dan alternative yang mungkin dan menumbuhkan kepercayaan dirinya. Untuk korban yang mengalami trauma tentu dibutuhkan penanganan khusus oleh psikiater atau psikolog atau melalui pendamping korban untuk tahap awal.
       Bagi pelaku kekerasan, kita telusuri apa penyebab dari perilakunya tersebut,apakah ada peristiwa buruk atau perilaku traumatic sehingga dia menggunakan cara penyelesaian konflik dengan cara kekerasan atau pada penyebab lainnya. Pelaku perlu mendapatkan konseling ataupun psikoterapi dari psikolog atau psikiater, juga perlu disadarkan bahaya dari perilakunya, baik bagi dirinya sendiri ataupun bagi pasangannya. Alternatif pengendalian emosi juga bisa dianjurkan, misalnya dengan pelatihan yoga, latihan pernafasan, dan sebagainya.
Jika anda atau teman anda mengalami hal-hal seperti tersebut diatas JANGAN DIAM segara melapor atau laporkan kejadian tersebut kepada pihak yang berwajib.


       Nah, diatas kita telah mengulas lengkap mengenai kekerasan, sekarang saya mau berbagi tips bagaimana cara kita agar terhindar dari kekerasan dalam pacaran.


Mau tau tipsnyaa ?

  1. Jadilah remaja yang asertif, yakni remaja yang mampu mengkomunikasikan apa yang mereka rasakan tentang perilaku seseorang
  2.   Tidak mengkonsumsi alkohol dan obat-obatan terlarang agar tetap dapat mengontrol perilakunya sendiri atau membantu teman yang membutuhkan.
  3.  selalu tahu jalan untuk pulang ke manapun perginya serta memberitahu orangtua ke mana orangtua perlu mencari terutama jika dalam situasi bahaya.
  4.  percaya pada naluri. Jika merasa keadaan sekitar membahayakan keselamatan, maka percayailah.
  5.  Belajar untuk mengatakan ‘tidak’ yang berarti ‘tidak’.
  6.  Membatasi perilaku seksual seperti apa yang akan dilakukan dan disiplin mematuhi batasan tersebut.
  7.  Kenali hasrat seksual dan batasilah. Komunikasikan dengan pacar secara terbuka.
  8.  Hormati semua keputusan pacar. Tidak berarti tidak.
  9.  Jangan mengasumsikan bahwa pacar menginginkan berhubungan seksual hanya karena perilakunya atau caranya berpakaian.
  10.  Meski sebelumnya pacar mengijinkan untuk menyentuhnya, namun itu tidak berarti bahwa sekarangpun mereka mengijinkan itu.
  11.  Jangan mengkonsumsi alkohol dan obatan-obatan terlarang.

Berbagi kisah tentang kekerasan dalam pacaran

Beberapa hari yang lalu saya sempat menonton film tentang kekerasan dalam pacaran yang berjudul “cinta”. film ini mengisahkan tentang kisah cinta yang diangkat dari korban kekerasan dalam pacaran.
Seorang wanita bernama melati yang berstatus sebagai mahasiswa semester 5 yang juga bekerja untuk mengisi waktu luangnya karena ia selalu merasa bosan berada dirumah, ditambah lagi keluarganya yang sibuk dengan pekerjaannya masing – masing. Itulah yang membuat melati tidak betah berada di dalam rumahnya sendiri.
Melati mengaku sangat senang ketika mempunyai pacar yang bernama Jaka, ia mengenal jaka melalui sahabatnya (Rena) yang tak lain adalah adik dari Jaka.
Sekarang hubungan mereka sudah berjalan 2 tahun lamanya. Awalnya melati berfikir Jaka sangat menyayangi dirinya. Namun setelah sekian lama ternyata Jaka malah membawa dampak negative terhadap Melati.
Jaka sering mengajak melati bolos, sifat egois Jaka pun mulai terlihat, di tambah lagi Jaka sering marah jika permintaannya tak dituruti oleh melati. Menurut melati jaka seperti itu karena ia belajar dari orang tuanya yang sering berkelahi.
Jaka juga melakukan pemaksaan terhadap melati, ia memaksa melati untuk meninggalkan pekerjaannya dengan alasan tidak ada waktu untuk jaka.
Parahnya jika emosi jaka tidak terkontrol jaka juga melakukan kekerasan fisik, misalnya menampar, memukul, bahkan menjambak melati. Namun setelah itu jaka meminta maaf kepada melati dan mengaku tidak sadar telah meluapkan emosinya kepada melati. Melati pun selalu memaafkan jaka karena ia berfikir suatu saat jaka akan berubah.
Tidak berhenti sampai disitu, jaka juga sering memanfaatkan melati (cowo matre), makan dibayarin, semua dibeliin. Ia pun tidak suka kalau melati berhubungan dengan orang lain termasuk sahabatnya sendiri. Melati selalu berharap jaka akan berubah, namun kenyataannya jaka malah makin parah.
Pernah suatu hari, Melati curhat pada sahabatnya (bimo) tetapi jaka menelepon sambil marah – marah dan menyuruh melati untuk datang ke rumah Jaka, lalu tak disangka – sangka, kejadian menyeramkan itu terulang lagi, Jaka kembali menyiksa melati di kamar mandi. Melati hanya bisa menangis dan meminta maaf atas apa yang dilakukan Jaka terhadapnya.
Sejak saat itu, Melati mulai merasa tidak tahan dengan sikap Jaka. Melati pun datang ke rumah bimo untuk menceritakan semua yang ia alami.
perlakuan keterlaluan Jaka yang membuat Melati terlepas dari genggamannya saat Jaka melakukan kekerasan di dalam mobil.
Melati sempat takut merasa kesepian setelah putus dari Jaka, namun perasaan itu tidak terjadi karena berkat saran dari temannya agar melati menyibukkan diri dan lebih sering berkumpul dengan sahabat – sahabatnya. Hal ini lah yang menyebabkan melati bisa lupa terhadap Jaka.
Kabar jaka gimana yaa ? menurut teman – teman melati, setelah putus dari melati , jaka sempat berpacaran dengan seorang wanita. Wanita itu pun diperlakukan sama seperti melati, namun pacar jaka yang baru merasa tidak terima dan akhirnya melaporkan jaka kepada pihak berwajib. Dan Finally , jaka mendekam dibalik jeruji besi untuk beberapa lama. ”Hukuman yang pas ya buat jaka huahaha *ketawaiblis”
………………………………………………………………




Nah sekarang apa nih yang bisa kita simpulkan dari cerita diatas guys ?

             Pada film “cinta” jelas sekali terlihat penyimpangan nilai dan norma yang terjadi, dimana penyimpangan tersebut tidak hanya dilakukan oleh satu pihak, melainkan oleh beberapa pihak, diantaranya ayah Jaka dan Jaka yang sama – sama melakukan kekerasan terhadap wanita sebagai objeknya. Itu semua tidak terlepas dari factor didikan orang tua sehingga menyebabkan seorang anak (Jaka) meniru penyimpangan tersebut.
Sehingga kejadian yang dialami melati jelas sangat mempengaruhi perkembangan nilai budaya dikalangan masyarakat karena akan menciptakan ketidakselarasan hak khususnya bagi kaum wanita. Dimana kasus ini mungkin saja akan terjadi pada wanita- wanita lainnya akibat budaya tiru meniru yang dilakukan segelintir orang.
 Sesuai yang telah dijelaskan oleh Yustina Rostiawati ( Peneliti senior PKPS Universitas Katolik Atmajaya Komisioner komnas Perempuan )  kekerasan yang terjadi dalam film ini dapat terjadi pada semua kalangan baik itu yang berpendidikan tinggi ataupun rendah , semua tingkatan status social juga semua agama.
Secara langsung maupun tidak langsung, nilai dan budaya akan sangat berpengaruh pada  perkembangan kesehatan masyarakat .misalnya saja dalam film ini, kita dapat menilai bahwa kekerasan yang dialami melati itu bisa berdampak pada mental dan fisik. sehingga bukan hanya merusak generasi bangsa, kejadian ini mungkin saja akan terus berkembang sehingga menimbulkan banyak korban dan pelaku. Ini jelas mempengaruhi bidang kesehatan dalam masyarakat. Sehingga tidaklah mengherankan jika permasalahan kesehatan di Indonesia begitu kompleksnya.


referensi:

https://id.wikipedia.org/wiki/Kekerasan


1 komentar:

  1. New slots with no paytable slots - JT Hub
    Try all these slots, with no paytable slot 여수 출장안마 machines for the 속초 출장안마 most part 양주 출장샵 I use the best slots and the best bonuses with no payout. The 제주도 출장샵 best 밀양 출장마사지

    BalasHapus