Minggu, 24 April 2016

Sisi Lain Kehidupan Ibu Kota, Sehatkah Indonesiaku ?





Hai hai.. postingan kali ini, saya akan membawa kalian untuk mendalami sebuah kisah hidup seorang nelayan yang jatuh bangun menghadapi badai kehidupan *jatuh bangun aku mengejarmu (dancing)  engga - engga ini serius loh .. beberapa hari yang lalu saya nonton Film  "Anak Hilang" yang merupakan karya dari Slamet Rahardjo Djarot yang dibuat pada tahun 1992. Film ini seru banget karena ini memberikan kita banyak gambaran, banyak pengalaman, banyak pelajaran hidup juga. Yang intinya sayang banget kalau kamu - kamu gak nonton. langsung ditonton filmnya yaaaa .... eh sekaligus saya kasih sinopsinya loohhh.. baik kan ? wkwk
          Dengan latar belakang sebuah pemukiman  kumuh penuh sampah  yang dekat dengan muara pantai, Film "Anak Hilang" yang merupakan karya dari Slamet Rahardjo Djarot yang dibuat pada tahun 1992 ini mengisahkan tentang kehidupan seorang lelaki  yang bernama Baco Palinrungi yang merantau ke Jakarta saat usianya masih 15 tahun. Di Jakarta Baco bertemu dengan Sumini, gadis asal purwokerto. Sumini mengaku mencintai Baco yang saat itu hanya bekerja sebagai kuli. Mereka akhirnya menikah dan sekarang telah dikaruniai 3 orang anak (ijah, Imah, Basri). Dari ketiga anaknya, hanya Basri yang mengenyam pendidikan dasar.

Basri menginginkan untuk menjadi seorang pesulap dengan harapan ia dapan menyulap hidupnya menjadi lebih baik. Basri menolak untuk bersekolah  karena Basri fikir apa yang diajarkan disekolah tidak sesuai dengan realita kehidupannya. Disekolah ia diajarkan untuk hidup bersih dan rapi, namun faktanya lingkungan tempat tinggal nya jauh dari kata bersih.
Suatu pagi, dengan mengenakan seragam sekolah, Basri pun pamit untuk pergi dengan mimpinya sebagai pesulap. Dengan menaiki perahu ia pun akhirnya sampai di sebuah tempat pertunjukan sulap. Para penonton rela merogoh kocek untuk melihat atraksi yang disuguhkan para pesulap jalanan. Itulah yang membuat Basri ingin menjadi pesulap demi mengais rupiah.
Saat itu Sumini yang tak lain adalah ibu dari Basri, bekerja di sebuah kantor percetakan Koran sebagai pesuruh. Saat itu ia diminta untuk pulang bareng bersama teman kerjanya. Temannya bertanya mengenai uang ganti rugi untuk penggusuran rumah di pemukiman yang Sumini tempati. Namun sumini berkata bahwa suaminya belum mau menerima uang ganti rugi tersebut.
Naasnya saat perjalan pulang, Sumini tertabrak sebuah mobil, tangannya terlindas ban mobil, dengan bercucuran darah akhirnya sumini tewas. Baco yang mendengar berita tragi situ pun langsung menangis histeris tak terima. Baco dan keluarganya tampak sangat terpukul atas kejadian ini.
Basri yang saat itu baru pulang pun tampak tak percaya ketika melihat tubuh ibunya yang terbaring lemas dan ditutupi kain. Basri pun menangis seolah merasakan apa yang sebenernya terjadi. Adik Basri langsung menghampiri Basri. Sambil menangis ia menyampaikan bahwa ibunya telah tiada.
Sejak saat itu Basri jadi jarang pulang kerumah, ia lebih sering pergi untuk melihat pertunjukan sulap untuk menghilangkan kesedihannya sepeninggal ibunya. Baco jadi semakin pusing mencari anaknya yang jarang pulang. Ditambah lagi Basri pergi dengan membawa ayam jago milik Baco.
Setelah beberapa hari basri tidak pulang kerumah, dengan kekhawatirannya ayah Basri melaporkan perihal kehilangan anaknya kepolisi dan akhirnya berita hilangnya Basri tersebar dimedia social seperti Koran. Dari adanya berita tersebut , salah satu guru ditempat Basri sekolah pun akhirnya mengetahuinya, lalu dan dibertahukan pada teman-teman sekelas Basri.
Kehidupan Basri saat itu semakin tidak beraturan, semakin kacau, basri mencari pekerjaan dengan menawarkan diri sebagi pesulap namun pada dasarnya tidak memiliki keahlian dalam bidang sulap. Di pemukiman tempat Baco tinggal, satu demi satu penduduk mau meninggalkan rumah mereka, namun Baco tetap tidak menginginkan untuk pindah, karena belum  tentu dengan tempat tinggal barunya kelak, dimana Baco yang tidak dapat lepas dari derah laut, dengan banyak pertimbangan untuk saat itu Baco tetap memilih untuk tidak ingin meninggalkan tempat tinggalnya itu, karena disisi lain Baco masih menunggu kepulangan dari anaknya tersebut (basri).
Pada suatu malam Baco dipukuli oleh sekelompok orang suruhan bosnya karena sebelumnya telah terjadi pertengkaran antara Baco dengan bosnya, Baco dipukuli habis-habisan sampai berlumuran darah dan memar diseluruh tubuhnya, untungnya ada sekelompok orang yang memang mengenali Baco dan menolong Baco untuk dibawa kerumah, sesampainya dirumah Baco sudah tidak sadarkan diri.
Pesulap jalanan yang selama ini menampung Basri menyuruh Basri untuk kembali kerumahnya untuk bertemu keluarganya, Basripun akhirnya diantarkan untuk pulang kerumah, namun sesampainya dirumah, Basri kaget dengan penuh rasa bersalah, ia meminta maaf kepada ayahnya, walaupun kondisi ayahnya pada saat itu sedang kesakitan, basripun akhirnya dimaafkan oleh ayahnya. Kebetulan orang yang mengantar Basri kerumah adalah seorang pesulap, dimana ia ketika ia melihat keadaan dari ayahnya basri yang terluka parah itu dibantulah melalui pengobatan menggunakan air dan dibacakan  mantra - mantra untuk kesembuhan ayahnya basri.
Akhirnya keluarga itupun mau untuk menerima uang ganti rugi dan bersedia untuk pindah dari pemukiman itu setelah Baco sembuh.


selesaaaiiiiiii guys.. 
nah, udah nonton kan film nyaa ? seru dan penuh makna kan ? kalau disuruh buat ngomentarin film ini kalian mau komentar apa guys ?
kalau menurut saya sih di film ini lebih terlihat tentang aspek pedesaan dan perkotaan nya ya. gimana kalau kita bahas lagi tentang aspeknya ? setuju ?
disimak yooo..


Masyarakat adalah sekelompok manusia yang hidup bersama, saling berhubungan dan mempengaruhi, saling terikat satu sama lain sehingga melahirkan kebudayaan yang sama. Kehidupaan masyarakat desa berbeda dengan masyarakat kota. Perbedaan yang paling mendasar adalah keadaan lingkungan, yang mengakibatkan dampak terhadap personalitas dan segi-segi kehidupan. Kesan masyarakat kota terhadap masyarakat desa adalah bodoh, lambat dalam berpikir dan bertindak, serta mudah tertipu dsb. Kesan seperti ini karena masyarakat kota hanya menilai sepintas saja, tidak tahu, dan kurang banyak pengalaman.
Untuk memahami masyarakata pedesaan dan perkotaan tidak mendefinisikan secara universal dan obyektif. Tetapi harus berpatokan pada ciri-ciri masyarakat. Ciri-ciri itu ialah adanya sejumlah orang, tingal dalam suatu daerah tertentu, ikatan atas dasar unsur-unsur sebelumnya, rasa solidaritas, sadar akan adanya interdepensi, adanya norma-norma dan kebudayaan.
Masyarakat pedesaan ditentukan oleh bentuk fisik dan sosialnya, seperti ada kolektifitas, petani iduvidu, tuan tanah, buruh tani, nelayan dsb. Masyarakat pedesaan maupun masyarakat perkotaan masing-masing dapat diperlakukan sebagai sistem jaringan hubungan yang kekal dan penting, serta dapat pula dibedakan masyarakat yang bersangkutan dengan masyarakat lain. Jadi perbedaan atau ciri-ciri kedua masyarakat tersebut dapat ditelusuri dalam hal lingkungan umumnya dan orientasi terhadap alam, pekerjaan, ukuran komunitas, kepadatan penduduk, homogenitas-heterogenotas, perbedaan sosisal, mobilitas sosial, interaksi sosial, pengendalian sosial, pola kepemimpinan, ukuran kehidupan, solidaritas sosial, dan nilai atau sistem lainnya.
Jika kita mencoba mengaitkan film ini dengan aspek masyarakat perkotaan dan pedesaan maka dapat kita lihat sosok ayah basri yang dahulu berasal dari pedesaan atau suku bugis kemudian merantau ke Jakarta untuk mengadu nasib. Dari sini kita bisa melihat bawa kota Jakarta merupakan lingkungan perkotaan dimana orang menganggap bahwa Jakarta adalah tempat yang tepat untuk mengadu nasib karena pada dasarnya masyarakat perkotaan diidentikan oleh penduduk yang makmur dan sejahtera sehingga inilah yang dijadikan tolak ukur bagi masyarakat desa untuk berpindah kejakarta.
Padahal kenyataannya, kehidupan Baco setelah tinggal di perkotaan tidak begitu baik, mengingat tempat tinggalnya di sekitar muara pantai yang kumuh, sarang penyakit, dan lingkungan yang kurang terkondisikan oleh pemerintah. Pandangan inilah yang seharusnya diketahui oleh masyarakat di pedesaaan, bahwa wilayah perkotaan bukanlah tempat yang hanya menyajikan segudang fasilitas dan sarana yang memadai melainkan ada sudut lain dimana perkotaan pun menjadi dampak dari pola hidup instan dan kemajuan jaman, sehingga munculnya sebuah tempat yang kumuh.
Keterbatasan lahanpun menjadikan masyarakat perkotaan memanfaatkan tempat yang seharusnya tidak dijadikan pemukiman malah sebaliknya.
Aspek masyarakat pedesaan yang biasanya dikaitkan dengan perilaku religiouspun terlihat dalam film ini. Sikap religious tercermin dari keluarga Baco yang masih berpedoman pada kepercayaannya. Ini justru bertolak belakang dengan aspek masyarakat perkotaan, karena banyak orang beranggapan bahwa masyarakat perkotaan biasanya kurang akan religious nya dikarenakan waktunya termakan oleh kesibukan.
Dalam film ini terlihat bawha keluarga Baco masih mengesampikan perihal pendidikan, padahal biasanya masyarakat perkotaan diidentikan dengan gelar dan pendidikan. Berbeda dengan masyarakan pedesaan yang biasanya lebih mengandalkan skill dari pada ilmu pengetahuan.
Ketidakdisiplinan dan kesemerawutan perkotaan terlihat dalam film ini ketika terjadinya peristiwa tabrak lari yang dialami Sumini. Sikap tidak adanya tanggung jawab pun tercermin. Mengingat seharusnya kita sebagai masyarakat Indonesia yang beradat dan berbudaya harus mengamalkan sikap berjiwa besar dan tanggung jawab.

sarannya ???

Yang pertama, pemerintah harus menyediakan lahan dan menertibkan pemukiman warga agar terstruktur dan tidak kumuh.
Yang kedua, harus adanya lahan pekerjaan bagi masyarakat
Yang ketiga, masyarakat harus menjaga lingkungan tempat tinggalnya, dan harus sadar akan dampak dari lingkungan kumuh.

Ayo tulis saranmu untuk di kolom komentar demi mewujudkan “Indonesia Sehat” yaaaa….





Tidak ada komentar:

Posting Komentar